Sabtu, 26 Maret 2011

Makalah Pengalaman Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pengalaman merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh seseorang dalam kehidupannya yang terjadi pada suatu waktu. Pengalaman belajar merupakan  serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh setiap individu khususnya siswa dalam ruang lingkup tertentu (ruangan kelas) sesuai dengan metode ataupun strategi pembelajaran yang diberikan oleh masing-masing pendidik. Setiap guru memiliki strategi mengajar yang berbeda dalam setiap mata pelajaran sehingga hal ini dapat mengisi pangalaman belajar siswa. Misalnya disuatu lembaga pendidikan terdapat tiga orang guru biologi, dimana ketika akan membahas konsep respirasi ketiga guru ini sepakat untuk menggunakan starteginya masing-masing. Guru pertama menggunakan metode ceramah, guru kedua menugaskan kepada siswanya untuk membaca buku dan guru ketiga menggunakan metode demonstrasi. Dari ketiga metode tersebut masisng-masing memiliki potensi dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.  Kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan belajar di antaranya adalah guru dan siswa. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang profesional dalam membelajarkan siswa-siswanya.
Pengalaman belajar erat kaitannya dengan pengembnagan keterampilan proses. Makin aktif siswa secara intelektual, manual dan sosial tampaknya makin bermakna pengalaman belajar siswa. Dengan melakukan sendiri, siswa akan lebih menghayati. Hal itu berbeda jika hanya dengan mendengar atau sekedar membaca. Ada ungkapan yang sering dilontarkan dalam dunia pendidikan yaitu “Pengalaman adalah guru yang paling baik” dimana melalui pengalaman yang nyata seseorang belajar. Begitupula dengan belajar sains atau biologi. Oleh karena itu, ada 4 hal pokok yang perlu dikaji dalam pengalaman belajar yaitu apa saja ide umum dalam pengalaman belajar, apa pentingnya pengalaman belajar, bagaimana pandangan guru terhadap pengalaman belajar, dan bagaimana merencanakan pengalaman belajar yang sesuai.

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahn yang akan diangkat dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1.      Apa saja ide umum tentang pengalaman belajar?
2.      Apa pentingnya pengalaman belajar?
3.      Bagaimana pandangan guru terhadap pengalaman belajar?
4.      Bagaimana merumuskan pengalaman belajar yang sesuai?

C.    Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui ide-ide umum ten
2.      Untuk mengetahui pentingnya pengalaman belajar.
3.      Untuk mengetahui pandangan guru terhadap pengalaman belajar.
4.      Untuk mengetahui cara merumuskan pengalaman belajar yang sesuai.
 
BAB II
PEMBAHASAN


A.      Ide Umum Tentang Pengalaman Belajar

Belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pengalaman, dimana didalamnya mencakup perubahan-perubahan afektif, motorik, dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab-sebab lain. Albert Bandura (1969) menjelaskan sistem pengendalian perilaku belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pengalaman. Menjelaskan juga sistem pengendalian perilaku , Stimulus control, perilaku yang muncul di bawah pengendalian stimulis eksternal seperti bersin, bernafas, dam mengedipkan mata. Outcome control, perilaku yang dilakukan untuk menapai hasilnya, berorientasi pada hasil yang akan dicapai. Symbolic control, perilaku yang di arahkan oleh kata-kata yang dirumuskan, atau diarahkanoleh antipasi yang diimajinasikan dari hasil yang akan dihasilkan.
Beberapa ide umum tentang pengalaman belajar :
1.    Keterlibatan dalam pengalaman belajar merupakan pengaruh yang amat penting terhadap pembelajaran.
2.    Suasana yang bebas dan penuh kepercayaan akan menunjang kehendak peserta didik untuk mau melakukan tugas sekalipun mengundang risiko.
3.    Pengaruh strategi yang mendalam dapat dipergunakan namun sangat tergantung pada beberapa aspek, misalnya usia, kematangan, kepercayaan, dan penghargaan terhadap orang lain. Dan kebahagiaan guru juga tergantung pada latihan-latihan yang diberikan untuk megendalikan atau menguasai aspek tersebut.
4.    Beberapa teknis yang disajikan cenderung untuk memberikan beberapa gagasan atau ide mengenai bagaimana pengajar dapat melibatkan peserta didik secara emosional. Dalam hal ini referensi atau mata pelajaran yang diberikan sangat tergantung pada peserta didik, pelajaran tertentu, pengajaran atau guru lingkungan.
5.    Terdapat banyak sekali pengaruh-pengaruh yang dapat dipelajari sebaik mungkin dengan melalui beberapa model yaitu pengajar atau guru yang dalam berbagai hal menyatukan pengaruh, sedangkan para peserta didik berusaha mencoba menurunnya.
Dengan demikian model yang diterapkan banyak memerlukan pengalaman pendidikan secara informal

B.       Pentingnya Pengalaman Belajar
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mau menjadi mau, dan lain sebagainya. Namun demikian tidak semua perubahan pasti merupakan peristiwa belajar. Sedangkan yang dimaksud perubahan dalam belajar adalah perubahan yang relatif, konstan, dan berbekas. Sama halnya dengan pengalaman belajar, dimana seperti kata pepetah yang sering kita dengar dalam dunia pendidikan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik. Dalam hal ini pengalaman-pengalaman yang sering kita lalui dapat memberikan dan mengajarkan kita hal-hal yang berarti dalam hidup.
Pengalaman belajar siswa ditunjang dengan adanya teknologi. Dengan adanya kemajuan sains dan teknologi di bidang pendidikan seyogyanya dapat dimanfaatkan untuk mempermudah siswa mencapai pengalaman belajar yang optimal.  Anak-anak sekarang menginginkan hal-hal yang baru yang menarik dan menantang. Demikian juga saat mengikuti pembelajaran di sekolah mereka ingin pembaruan dalam pembelajaran. Dengan demikian seorang guru harus belajar mengadakan pembaruan pembelajaran dengan memasukkan pengalaman-pengalaman belajar yang menarik. Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang benar-benar membelajarkan siswa, semakin siswa terlibat aktif dalam pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar siswa. Jadi siswa tidak sekedar datang, duduk, catat, dan pulang tanpa ada pengalaman belajar. Seorang guru dalam merancang pembelajaran tentunya akan bertanya dalam hatinya, “Pengalaman belajar apa yang akan aku berikan pada peserta didik agar mereka dapat memiliki kompetensi dasar?” Pengalaman belajar yang diberikan oleh guru sangat penting bagi peserta didik (siswa) agar peserta didik dapat memiliki kompetensi dasar. Ada dua hal yang dapat membantu guru dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa yaitu dengan penggunaan multimetode dan multimedia yang disesuaikan sesuai dengan kondisi siswa dan kemampuan sekolah.
1.         Multimetode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang biasa digunakan demi mengimpelementasiakan startegi pemebelajaran sehingga terbentuk pengalaman belajar bagi siswa, yaitu:
a.         Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang biasa digunakan oleh setiap guru. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbnagan tertentu juaga adanya faktor kebiasaa baik dari guru ataupun siswa. Dalam metode ini guru biasanya merasa belum puas manakala dalam proses pengelolaan pemebelajaran tidak melalukan ceramah. Demikian juga dengan sisw, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehinnga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidaka ada proses belajar.
b.         Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstarsi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret.
c.         Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama nmetode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Oleh sebab itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar poengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Dengan demikian, jika setiap guru menerapkan metode yang berbeda-beda dalam proses pembelajaran maka setiap siswa juga akan memiliki pengalaman yang berbeda dalam menerima materi pelajaran. Metode yang pertama adalah metode yang bersifat monoton dimana siswa hanya akan bisa mendengarkan materi yang telah disampaikan oleh seorang guru. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Metode pembelajaran yang kedua akan lebih menarik sebab siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. Dalam hal ini dengan cara nmengamati secara langsung siswa kan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dengan kenyataan. Sedangkan metode yang ketiga sifatnya melatih siswa untuk memecahkan masalah yang telah diberikan. Dalam metode ini siswa mana dirangsang untuk lebih kreatif dalam memberikan gagasan, bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan. Namun disisi lain dalam metode ini hanya akan dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampialan berbicara.
1.        Multimedia
Media pembelajara merupakan seluruh alat dan bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, koran, majalah, buku atau LCD dan lain sebagainya.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran juga dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Salah satu media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu penggunaan media interaktif seperti penggunaan komputer. Dengan bantuan komputer dapat diajarkan cara-cara mencari inforamsi baru, yaitu dengan menyeleksi dan mengolah pertanyaan, sehingga terdapat jawaban terhadap suatu pertanyaan itu. Komputer dapat diprogram untuk dimanfaatkan dalam potensi mengajar dengan tiga cara, yaitu:
a.       Tutorial
Dalam hal ini program menuntut komputer untuk berbuat sebagai seorang tutor yang memimpin siswa melalui urutan materi yang mereka harapkan menjadi pokok pengertian. Komputer dapat menemukan lingkup kesulitan tiap siswa, kemudian menjelaskan pendapat-pendapat yang ditemukan siswa, menggunakan contoh dan latihan yang tepat dan mentes siswa pada tiap langkah untuk mencek bagaimana siswa telah mengerti dengan baik.

b.      Simulasi
Bentuk kedua pengajaran dengan komputer ialah untuk simulasi pada suatu keadaan khusus, atau sistem di mana siswa dapat berinteraksi. Siswa dapat menyebut informasi, sehingga dapat sampai pada jawabannya, karena mereka berpikir sehat, mencobakan interpretasinya dari prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Komputer akan menceritakan pada siswa apakah dampak dari keputusannya, terutama tentang reaksi dari kritikan atau pendapatnya.
c.       Pengolahan Data
Rowntree (Roestiyah, 2001) menuliskan bahwa dalam hal ini komputer digunakan sebagai suatu penelitian sejumlah data yang luas atau memanipulasi data dengan kecepatan yang tinggi. Siswa dapat meminta kepada komputer untuk meneliti figur-figur tertentu atau menghasilkan grafik dan gambar yang sulit/kompleks. Menurut Hamalik (2003), ada tiga bentuk penggunaan komputer dalam kelas, yaitu untuk:
1.    Mengajar siswa menjadi mampu membaca komputer atau Computer literate.
2.    Mengajarkan dasar-dasar pemrograman dan pemecahan masalah dengan komputer.
3.    Melayani siswa sebagai alat bantu pembelajaran.
Jadi, dengan ketersediaan metode dan media yang dapat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran menyebabkan  guru dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa sehingga dapat meningkatkan kompetensi dasar siswa.
C.       Pandangan Guru Terhadap Pengalaman Belajar
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa terdapat kaitan yang erat antara pandangan tentang sains, tentang belajar dan tentang mengajar.
1.    Pandangan tentang sains
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, terungkap bahwa sains bagi kebanyakan mahasiswa calon guru adalah sekumpulan pengetahuan atau body of  knowledge, dimana sains berisi kumpulan fakta hasil observasi dan penelitian yang menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Menurut Aguirre dan Haggerty, 1990; Gustafson dan Rowell, 1995 melaporkan bahwa sebagian besar respon mahasiswa jatuh dalam katergori discovering yang didalamnya tercakup sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan (body of knowledge) dan sains sebagai suatu proses.
Menurut Bloom(dalam Widodo, 1997), menyatakan bahwa sains dijadikan sebagai studi mengenai alam sekitar kita. Penelitian yang dilakukan oleh Ari Widodo terhadap mahasiswa calon guru  dan guru sekolah lanjutan juga mengungkapkan hasil yang senada dimana sebagian besar guru dan mahasiswa calon guru menyatakan bahwa sains adalah ilmu tentang alam dan bahwa sains merupakan kumpulan fakta, pengetahuan dan informasi
Pandangan lain tentang sains yaitu hadir dari dua orang ahli (Cain dan Evans, 1990) menyatakan bahwa sains mengandung 4 hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, hokum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode berate bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. sains sebagai sikap artinya bahwa  dalam sains terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur dan objektif, sedangkan jika sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pandangan tentang Belajar
            Faktor lain yang mempengaruhi pandangan guru terhadap pengalaman belajar yaitu pandangan guru terhadap belajar. Penelitian yang dilakuakn oleh Aguirre dan Haggerty, 1995; Gustavson dan Rowell, 1995; Ari Widodo, 1997, mengungkapkan bahwa sebagian besar guru dan mahasiswa calon guru berpendapat bahwa belajar adalah mencari informasi atau pengetahuan baru dari sesuatu yang sudah ada di alam.
3. Pandangan tentang Mengajar
Walaupun jumlah penelitian tentang konsepsi mahasiswa calon guru tentang mengajar sains belum banyak dilakukan namun penelitian yang dilakuakn oleh Aguirre dkk (1990) dan Ari Widodo 1997 mengungkapkan bahwa peran guru sebagai sumber informasi dan, pengetahuan merupakan peran yang banyak disebutkan oleh guru dan mahasiswa
Pandangan guru tentang sains, belajar dan mengajar ternyata saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, banyak guru yang mengajar dengan metode berceramah sebab bagi mereka sains adalah sekumpulan pengetahuan yang harus ditransfer kepada siswa.
D.       Cara Merumuskan Pengalaman Belajar yang Sesuai
Untuk merumuskan pengalaman belajar guru hendaknya memperhatikan beberapa faktor antara lain :
1.    Karakteristik konsep yang diajarkan
Karakteristik konsep yang dimaksud adalah tuntutan dan tuntunan yang sudah melekat untuk tiap konsep. Sebagai contoh, konsep evolusi yang berarti perubahan secara perlahan-lahan dalam waktu yang sangat lama, memberikan petunjuk bahwa pengalaman belajar yang paling tepat dengan mengobservasi dan menganalisis bukti-bukti evolusi.
2.    Kesiapan Siswa
Faktor kedua yang harus diperhatikan dalam memilih pengalaman belajar adalah kesiapan siswa. Guru hendaknya mempertimbangankan kesiapan siswa. Untuk itu guru hendaknya juga memperhatikan tingkat perkembangan, terutama perkembangan kognitif. Apabila tingkat berfikir siswa diperkirakan masih pada tingkat konkret, tentunya konsep tersebut akan sulit dipahami siswa apabila hanya lewat penjelasan. Siswa yang demikian tentunya akan lebih baik apabila pengalaman belajarnya adalah pengalaman belajar langsung dengan objek nyata.
3.    Fasilitas yang tersedia
Faktor ketiga yang juga penting dipertimbangkan guru adalah ketersediaan alat. Guru tentunya tidak bisa merancang alat suatu kegiatan yang akan menggunakan alat atau bahan yang tidak dapat diperolehnya. Untuk itu dalam merancang pengalaman belajar guru harus mempertimbangkan betul ketersediaan alat dan bahan yang dibutuhkannya. Misalnya guru yang mengajar disekolah yang terletak disuatu pegunungan jauh dari laut dan tidak mempunyai awetan ganggang laut, tentunya tidak tepat apabila guru tersebut merancang pengalaman belajar siswa dengan observasi langsung terhadap ganggang air laut.




Minggu, 20 Maret 2011

FERTILISASI PADA BULU BABI (Arbacia punctulata)


Arbacia punctulata mengalami fertilisasi secara eksternal. Setelah sel telur dikeluarkan oleh hewan betina dan sperma dikeluarkan oleh hewan jantan, maka akibat adanya atraktan berupa resact yang terdapat pada selaput sel telur, sperma akan bergerak menuju sel telur.
Setelah terjadi pertemuan antara sel telur dan sperma, maka terjadilah reaksi akrosom yang terdiri dari dua tahap, yakni pecahnya akrosom dan terbentuknya processus akrosom. Peristiwa ini terjadi dengan mekanisme sebagai berikut.
Pada waktu sperma menempel pada selaput luar sel telur, maka terjadi peningkatan permeabilitas membrane sperma terhadap ion calcium (Ca2+), sehingga  kosentrasinya meningkat dalam sperma. Akibatnya terjadi fusi local antara membrane plasma dan membrane akrosom, sehigga gelembung akrosom pecah dan mengeluarkan isisnya (enzim akrosin). Bersamaan dengan itu, Na+ masuk dan H+ keluar sehingga pH internal sperma meningkat. Peningkatan  pH menstimulir polimerasi g-aktin menjadi f-aktin yang menyebabkan terjadinya prosesus akrosom.
Dengan adanya akrosin, maka selaput lender akan tercerna dan prosesus akrosom mencapai membrane vitelin. Pada permukaan prosesus akrosom terdapat molekul bindin yang berpasangan dengan molekul glikoprotein yang terdapat pada membrane vitelin yang berfungsi sebagai reseptor bindin.
Selanjutnya, enzim akrosin mencerna membrane vitelin sehingga sperma dapat menembusnya dan sperma menempel pada membrane plasma ovum. Fusi  ini menyebabkan  mikrovili di dekat kepala sperma berlaku seperti menelan sperma. Kejadian tersebut menyebabkan terbentuknya tonjolan pada membrane ovum yang disebut sebagai kerucut fertilisasi (fertilization cone). Selanjutnya kerucut fertilisasi menarik sperma masuk ke dalam ovum.
Langkah selanjutnya dalam fertilisasi Arbacia punctulata dalah pencegahan polispermi.  Polispermi dapat  kacaunya kariokinesis. Pencegahan polispermi pada Arbacia punctulata dilakukan dengan dua cara, yakni :
1.       Pencegahan polispermi cara cepat
Kemampuan sel telur berfusi dengan sperma hilang setelah ditembus oleh sperma. Hal ini terjadi karena perubahan potensial listrik  pada membrane ovum (depolarisasi), yang disebabkan oleh influks ion Natrium (Na+) ke dalam ovum. Pencegahan dengan cara ini berlangsung cepat  (2-3 detik) setelah ovum ditembus oleh sperma dan berlagnsung dalam waktu singkat, yakni sekitar 60 detik.
2.       Pencegahan polispermi cara lambat
Tepat di bawah membrane sel telur bulu babi terdapat kurang lebih 15.000 granula korteks yang berdiameter sekitar 1 mikron. Granula ini berisi campuran enzim, protein structural, dan mukopolisakarida sulfat (glikosaminoglikan). Pencegahan cara lambat didahului  dengan reaksi  korteks. Ketika sperma menembus ovum, terjadi mobilisasi ion kalsium (Ca2+) dari tempat penyimpanannya  di dalam ovum ke daerah tempat masuknya sperma. Selanjutnya terjadi gelombang pembebasan ion kalsium  yang menyebar ke seluruh again sel telur. Dengan adanya ion kalsium ini, granula korteks akan bergerak menuju ke permukaan dalam  membrane plasma dan isinya akan dikeluarkan diantara membrane plasma dengan membrane vitelin. Fusi membrane plasma dengan membrane granula korteks menyebabkan terbentuknya mikrovili. Tahap selanjutnya dalah pecahnya hubungan molekuler antara membrane vitelin  dengan membrane plasma oleh enzim  proteolitik dari granula korteks. Pada waktu yang bersamaan mukopolisakarida sulfat mulai mengembang  menyebabkan membrane vitelin menjauh dari membrane plasma. Dengan demikian terjadi membrane fertilisasi. Mukopolisakarida yang terhidrasi akan membentuk lapisan hialin di antara membrane plasma  dengan membrane fertilisasi.
Pada saat pembentukan membrane vitelin, enzim lainnya yang berasal dari granula korteks mengubah reseptor membrane vitelin sehingga tidak dapat bergabung dengan membrane sperma lainnya.
Tahap akhir dari pencegahan polispermi cara lambat adalah pelepasan enzim ovoperoksida dari granula korteks . Hidrogen peroksida dalah oksidan kuat yang dilepaskan ovum pada reaksi korteks . Perubahan peroksida di sekitar membrane fertiliasi oleh ovoperoksida menyebabkan terjadinya perubahan pada protein membrane sehingga membrane fertilisasi mengeras. Pengaruh Hidrogen peroksida lainnya adalah bersifat spermisida (membunuh sperma lainnya).
Tahap selanjutnya dalam fertilisasi bulu babi adalah pengaktifan metabolisme sel telur dan fusi pronukleus. Setelah sperma masuk dalam  ovum, membrane inti sperma akan melebur. Bahan ini akan berinteraksi dengan sitoplasma ovum dan kromatin mulai meregang. Menjelang berakhirnya peregangan kromatin, membrane inti baru terbentuk. Dengan demikian terbentuk pronukles jantan. Bagian sperma lainnya yang dipertahankan adalah sentriol yang menjadi aster yang berperan dalam mempertemukan pronukleus jantan dan betina. Pada Arbacia punctulata meiosis II telah berakhir sebelum telur mengalami kontak dengan sperma. Setelah kedua pronukleus bertemu,  membrane pronukleus melebur dan  isi dari keduanya menyatu. Proses ini disebut Amfimiksi. Tidak lama setelah peleburan pronukleus, terjadi  replikasi DNA untuk persiapan pembelahan zigot yang pertama   

Kamis, 17 Maret 2011

Animal Respiration System


BACKGROUND
In humans and other animals, for example, the anatomical features of the respiratory system include airways, lungs, and the respiratory muscles. Molecules of oxygen and carbon dioxide are passively exchanged, by diffusion, between the gaseous external environment and the blood. This exchange process occurs in the alveolar region of the lungs. 
Other animals, such as insects, have respiratory systems with very simple anatomical features, and in amphibians even the skin plays a vital role in gas exchange. Plants also have respiratory systems but the directionality of gas exchange can be opposite to that in animals
CONTENT

The elephant is the only animal known to have no pleural space. Rather, the parietal and visceral pleura are both composed of dense connective tissue and joined to each other via loose connective tissue. This lack of a pleural space, along with an unusually thick diaphragm, are thought to be evolutionary adaptations allowing the elephant to remain underwater for long periods of time while breathing through its trunk which emerges as a snorkel.
The respiratory system of birds differs significantly from that found in mammals, containing unique anatomical features such as air sacs. The lungs of birds also do not have the capacity to inflate as birds lack a diaphragm and a pleural cavity. Gas exchange in birds occurs between air capillaries and blood capillaries, rather than in alveoli. See Avian respiratory system for a detailed description of these and other features.
The anatomical structure of the lungs is less complex in reptiles than in mammals, with reptiles lacking the very extensive airway tree structure found in mammalian lungs. Gas exchange in reptiles still occurs in alveoli however, reptiles do not possess a diaphragm. Thus, breathing occurs via a change in the volume of the body cavity which is controlled by contraction of intercostal muscles in all reptiles except turtles. In turtles, contraction of specific pairs of flank muscles governs inspiration or expiration.
Both the lungs and the skin serve as respiratory organs in amphibians. The skin of these animals is highly vascularized and moist, with moisture maintained via secretion of mucus from specialized cells. While the lungs are of primary importance to breathing control, the skin's unique properties aid rapid gas exchange when amphibians are submerged in oxygen-rich water.
In most fish respiration takes place through gills. (See also aquatic respiration.) Lungfish, however, do possess one or two lungs. The labyrinth fish have developed a special organ that allows them to take advantage of the oxygen of the air, but is not a true lung...
Air enters the respiratory systems of most insects through a series of external openings called spiracles. These external openings, which act as muscular valves in some insects, lead to the internal respiratory system, a densely networked array of tubes called trachea. The tracheal system within an individual is composed of interconnecting transverse and longitudinal tracheae which maintain equivalent pressure throughout the system. These tracheae branch repeatedly, eventually forming tracheoles, which are blind-ended, water-filled compartments only one micrometer in diameter. It is at this level of the tracheoles that oxygen is delivered to the cells for respiration.
Insects were once believed to exchange gases with the environment continuously by the simple diffusion of gases into the tracheal system. More recently, however, large variation in insect ventilatory patterns have been documented and insect respiration appears to be highly variable. Some small insects do demonstrate continuous respiration and may lack muscular control of the spiracles. Others, however, utilize muscular contraction of the abdomen along with coordinated spiracle contraction and relaxation to generate cyclical gas exchange patterns. The most extreme form of these patterns is termed discontinuous gas exchange cycles (DGC).
Mollusks generally possess gills that allow exchange of oxygen from an aqueous environment into the circulatory system. These animals also possess a heart that pumps blood which contains hemocyaninine as its oxygen-capturing molecule. Hence, this respiratory system is similar to that of vertebrate fish. The respiratory system of gastropods can include either gills or a lung.
Inhalation is initiated by the diaphragm and supported by the external intercostal muscles. Normal resting respirations are 10 to 18 breaths per minute, with a time period of 2 seconds. During vigorous inhalation (at rates exceeding 35 breaths per minute), or in approaching respiratory failure, accessory muscles of respiration are recruited for support. These consist of sternocleidomastoid, platysma, and the scalene muscles of the neck. Pectoral muscles and latissimus dorsi are also accessory muscles.
Under normal conditions, the diaphragm is the primary driver of inhalation. When the diaphragm contracts, the ribcage expands and the contents of the abdomen are moved downward. This results in a larger thoracic volume and negative pressure (with respect to atmospheric pressure) inside the thorax. As the pressure in the chest falls, air moves into the conducting zone. Here, the air is filtered, warmed, and humidified as it flows to the lungs.
During forced inhalation, as when taking a deep breath, the external intercostal muscles and accessory muscles aid in further expanding the thoracic cavity.
Exhalation is generally a passive process; however, active or forced exhalation is achieved by the abdominal and the internal intercostal muscles. During this process air is forced or exhaled out.
The lungs have a natural elasticity: as they recoil from the stretch of inhalation, air flows back out until the pressures in the chest and the atmosphere reach equilibrium.
During forced exhalation, as when blowing out a candle, expiratory muscles including the abdominal muscles and internal intercostal muscles, generate abdominal and thoracic pressure, which forces air out of the lungs.
The major function of the respiratory system is gas exchange between the external environment and an organism's circulatory system. In humans and mammals, this exchange facilitates oxygenation of the blood with a concomitant removal of carbon dioxide and other gaseous metabolic wastes from the circulation. As gas exchange occurs, the acid-base balance of the body is maintained as part of homeostasis. If proper ventilation is not maintained, two opposing conditions could occur: respiratory acidosis, a life threatening condition, and respiratory alkalosis.
Upon inhalation, gas exchange occurs at the alveoli, the tiny sacs which are the basic functional component of the lungs. The alveolar walls are extremely thin (approx. 0.2 micrometres). These walls are composed of a single layer of epithelial cells (type I and type II epithelial cells) close to the pulmonary capillaries which are composed of a single layer of endothelial cells. The close proximity of these two cell types allows permeability to gases and, hence, gas exchange. This whole mechanism of gas exchange is carried by the simple phenomenon of pressure difference. When the atmospheric pressure is low outside, the air from lungs flow out. When the air pressure is low inside, then the vice versa.
CONCLUSION
Based from the discussion, we could conclude that :
1.                   Mammal, Reptil and Aves use lung for respiration
2.                   Amphibia use both lung and skin forrespiration
3.                   Pisces use gill for respiration
4.                   Mollusca use gill or trachea for respiration
5.                   Arthropoda use trachea for respiration
6.                   Respiration include three process, that is exhalation, Inhalation and gas exchange