Selasa, 01 Maret 2011

peran bidan dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba


KATA PENGANTAR        
Pertama-tama tiada kata yang indah yang patut penyusun ucapkan mengawali tulisan ini selain ucapan puji dan syukur kepada Allah SWT karena makalah ini dapat selesai sesuai yang diharapkan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada segala pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
            Makalah ini berisi uraian mengenai peran bidan dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Penyusun berharap makalah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pemabaca, khususnya bagi penyusun sendiri.
            Akhir kata, penyusun menyampaikan permohonan maaf  yang sebesar-besarnya kepada segala pihak jika dalam penyusunan makalah ini terdapat kekeliruan atau ada kata yang tidak berkenan di hati pembaca. Penyusun menyadari sebagai manusia biasa tentu tidak lepas dari kekeliruan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan selanjutnya.
Kendari, 27 Februari 2011

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan modern seperti saat ini berbagai penyakit masyarakat mumcul sebagai akibat dari kehidupan hedonistic dan materialis. Salah satu ancaman terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini adalah penyebaran pengaruh narkoba di kalangan remaja. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi hal ini, namun belum memberikan hasil yang maksimal. Berbagai kendala diperoleh saat pelaksanaan program-program tersebut.
Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.
Tahun-tahun belakangan ini, kasus peredaran dan penyalahgunaan narkoba semakin marak saja. Bukan hanya kasus ini marak di ibukota melaikan hingga di kota-kota lain di Indonesia. Tidak memandang dari status sosial mana dia berada, tidak melihat latar belakang keluarga baik-baik ataukah berantakan, tidak memandang dari daerah mana dia berasal. Orang-orang yang menjadi korban ketergantungan narkoba semakin beragam dan meningkat dari tahun ke tahun.
Dari fenomena tersebut, maka sudah semestinya semua elemen bangsa memiliki kesadaran moral dalam upaya penanggulangan bahaya narkoba ini. Dalam hal ini, unsure-unsur kesehatan merupakan pihak yang paling dekat, termasuk seorang bidan. Namun, kemudian akan muncul suatu titik kabur dalam masalah ini, terutama mengenai ruang lingkup peranan seorang bidan dalam membantu penanggulangan narkoba.
Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap perlu untuk menyusun sebuah makalah yang berisi tentang peranan bidan dalam upaya penanggulangan narkoba. Hal ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi sekaligus acuan bagi seorang bidan dalam melaksanakan fungsinya.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang,maka permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut, “Apa peran seorang bidan dalam upaya penaggulangan narkoba?”

C.    Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui peran seorang bidan dalam upaya penanggulangan narkoba.
D.    Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Sebagai tambahan informasi mengenai peran kebidanan dalam upaya penanggulangan narkoba.
2.      Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai matakuliah.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN


A.    Defenisi Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Adapun menurut WHO, Narkoba adalah suatu zat, yang jika dimasukkan ke dalam tubuh, akan mempengaruhi fungsi fisik dan/atau psikologis (kecuali makanan, air atau oksigen). (WHO, 1982)
Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.
B.     Jenis dan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba
Dr. Hassan Syamsi Pasya dalam bukunya yang berjudul Hamasa fi Udzun Syâb (Bisikan di Telinga Pemuda) menjelaskan bahwa jenis narkoba yang paling berbahaya adalah jenis narkotika yang menyebabkan ketagihan mental maupun organik, seperti opium dan derivasi turunannya.Nama-nama dan jenis narkoba serta bahayanya antara lain:
1.      Opium
Opium adalah jenis narkotika yang paling berbahaya. Dikonsumsi dengan cara ditelan langsung atau diminum bersama teh, kopi atau dihisap bersama rokok atau syisya (rokok ala Timur Tengah). Opium diperoleh dari buah pohon opium yang belum matang dengan cara menyayatnya hingga mengeluarkan getah putih yang lengket.
Pada mulanya, pengonsumsi opium akan merasa segar bugar dan mampu berimajinasi dan berbicara, namun hal ini tidak bertahan lama. Tak lama kemudian kondisi kejiwaannya akan mengalami gangguan dan berakhir dengan tidur pulas bahkan koma.
Jika seseorang ketagihan, maka opium akan menjadi bagian dari hidupnya. Tubuhnya tidak akan mampu lagi menjalankan fungsi-fungsinya tanpa mengonsumsi opium dalam dosis yang biasanya. Dia akan merasakan sakit yang luar biasa jika tidak bisa memperolehnya. Kesehatannya akan menurun drastic. Otot-otot si pecandu akan layu, ingatannya melemah dan nafsu makannya menurun. Kedua matanya mengalami sianosis dan berat badannya terus menyusut.

2.      Morphine
Orang yang mengonsumsi morphine akan merasakan keringanan (kegesitan) dan kebugaran yang berkembang menjadi hasrat kuat untuk terus mengonsumsinya. Dari sini, dosis pemakaian pun terus ditambah untuk memperoleh ekstase (kenikmatan) yang sama.
Kecanduan bahan narkotika ini akan menyebabkan pendarahan hidung (mimisan) dan muntah berulang-ulang. Pecandu juga akan mengalami kelemahan seluruh tubuh, gangguan memahami sesuatu dan kekeringan mulut. Penambahan dosis akan menimbulkan frustasi pada pusat pernafasan dan penurunan tekanan darah. Kondisi ini bisa menyebabkan koma yang berujung pada kematian.
3.      Heroin
Bahan narkotika ini berbentuk bubuk kristal berwarna putih yang dihasilkan dari penyulingan morphine. Menjadi bahan narkotika yang paling mahal harganya, paling kuat dalam menciptakan ketagihan (ketergantungan) dan paling berbahaya bagi kesehatan secara umum.
Penikmatnya mula-mula akan merasa segar, ringan dan ceria. Dia akan mengalami ketagihan seiring dengan konsumsi secara berulang-ulang. Jika demikian, maka dia akan selalu membutuhkan dosis yang lebih besar untuk menciptakan ekstase yang sama. Karena itu, dia pun harus megap-megap untuk mendapatkannya, hingga tidak ada lagi keriangan maupun keceriaan. Keinginannya hanya satu, memperoleh dosis yang lebih banyak untuk melepaskan diri dari rasa sakit yang tak tertahankan dan pengerasan otot akibat penghentian pemakaian.
Pecandu heroin lambat laun akan mengalami kelemahan fisik yang cukup parah, kehilangan nafsu makan, insomnia (tidak bisa tidur) dan terus dihantui mimpi buruk. Selain itu, para pecandu heroin juga menghadapi sejumlah masalah seksual, seperti impotensi dan lemah syahwat. Sebuah data statistik menyebutkan, angka penderita impotensi di kalangan pecandu heroin mencapai 40%.
4.      Codeine
Codeine mengandung opium dalam kadar yang sedikit. Senyawa ini digunakan dalam pembuatan obat batuk dan pereda sakit (nyeri). Perusahaan-perusahaan farmasi telah bertekad mengurangi penggunaan codeine pada obat batuk dan obat-obat pereda nyeri. Karena dalam beberapa kasus, meski jarang, codeine bisa menimbulkan kecanduan.
5.      Kokain
Kokain disuling dari tumbuhan koka yang tumbuh dan berkembang di pegunungan Indis di Amerika Selatan (Latin) sejak 100 tahun silam. Kokain dikonsumsi dengan cara dihirup, sehingga terserap ke dalam selaput-selaput lendir hidung kemudian langsung menuju darah. Karena itu, penciuman kokain berkali-kali bisa menyebabkan pemborokan pada selaput lendir hidung, bahkan terkadang bisa menyebabkan tembusnya dinding antara kedua cuping hidung.
Problem kecanduan kokain terjadi di Amerika Serikat, karena faktor kedekatan geografis dengan sumber produksinya. Dengan proses sederhana, yakni menambahkan alkaline pada krak, maka pengaruh kokain bisa berubah menjadi sangat aktif. Jika heroin merupakan zat adiktif yang paling banyak menyebabkan ketagihan fisik, maka kokain merupakan zat adiktif yang paling bayak menyebabkan ketagihan psikis.
Setiap tahun, Amerika Serikat membelanjakan anggaran 30 miliar dollar untuk kokain dan krak. Tak kurang dari 10 juta warga Amerika mengonsumsi kokain secara semi-rutin. Pemakaian kokain dalam jangka pendek mendatangkan perasaan riang-gembira dan segar-bugar. Namun beberapa waktu kemudian muncul perasaan gelisah dan takut, hingga halusinasi.
Penggunaan kokain dalam dosis tinggi menyebabkan insomnia (sulit tidur), gemetar dan kejang-kejang (kram). Di sini, pecandu merasa ada serangga yang merayap di bawah kulitnya. Pencernaannya pun terganggu, biji matanya melebar, dan tekanan darahnya naik. Bahkan terkadang bisa menyebabkan kematian mendadak.
6.      Amfitamine
Obat ini ditemukan pada tahun 1880. Namun, fakta medis membuktikan bahwa penggunaannya dalam jangka waktu lama bisa mengakibatkan risiko ketagihan. Pengguna obat adiktif ini merasakan suatu ekstase dan kegairahan, tidak mengantuk, dan memperoleh energi besar selama beberapa jam. Namun setelah itu, ia tampak lesu disertai stres dan ketidakmampuan berkonsentrasi, atau perasaan kecewa sehingga mendorongnya untuk melakukan tindak kekerasan dan kebrutalan.
Kecanduan obat adiktif ini juga menyebabkan degup jantung mengencang dan ketidakmampuan berelaksasi, ditambah lemah seksual. Bahkan dalam beberapa kasus menimbulkan perilaku seks menyimpang. Termasuk derivasi (turunan) obat ini adalah obat yang disebut “captagon”. Obat ini banyak dikonsumsi oleh para siswa selama musim ujian, padahal prosedur penggunaannya sebenarnya sangat ketat dan hati-hati.
7.      Ganja
Ganja memiliki sebutan yang jumlahnya mencapai lebih dari 350 nama, sesuai dengan kawasan penanaman dan konsumsinya, antara lain; mariyuana, hashish, dan hemp. Adapun zat terpenting yang terkandung dalam ganja adalah zat trihidrocaniponal (THC).
Pemakai ganja merasakan suatu kondisi ekstase yang disertai dengan tawa cekikikan dan terkekeh-kekeh tanpa justifikasi yang jelas. Dia mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan. Berbeda dengan peminum alkohol yang terkesan brutal dan berperilaku agresif, maka pemakai ganja seringkali malah menjadi penakut.
Dia mengalami kesulitan mengenali bentuk dan ukuran benda-benda yang terlihat. Pecandunya juga merasakan waktu berjalan begitu lambat. Ingatannya akan kejadian beberapa waktu yang lalu pun kacau-balau. Matanya memerah dan degup jantungnya kencang. Jika berhenti mengonsumsi ganja, dia akan merasa depresi, gelisah, menggigil dan susah tidur. Namun kecanduan ganja biasanya mudah dilepaskan. Dalam jangka panjang, pecandu ganja akan kehilangan gairah hidup. Menjadi malas, lemah ingatan, bodoh, tidak bisa berkonsentrasi dan terdorong untuk melakukan kejahatan.
C.    Peran Bidan dalam Penanggulangan Narkoba
Upaya penanggulangan narkoba di era seperti saat ini menjadi sangat sulit. Hal ini akibat adanya rantai penyalahgunaan yang semakin panjang. Jaringan pemakaian narkoba juga sudah semakin luas. Namun, bukan berarti penanggulangannya juga menjadi mustahil.
Dalam upaya penanggulangan tersebut, dibutuhkan peran dari segala pihak, termasuk seorang bidan. Bidan adalah elemen yang memiliki ikatan emosinal dengan  kesehatan ibu dan anak. Dari aspek inilah seorang bidan dapat menjalankan peranannya. Apa lagi dalam perspektif profesi modern, kebidanan tidak hanya memiliki objek kajian dalam hal kesehatan ibu dan anak, tetapi juga kesehatan bangsa dan Negara termasuk semua elemen yang ada di dalamnya.
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan melalui tindakan persuatif maupun tindakan-tindakan lain yang sifatnya rehabilitasi dan pemberian efek jera. Peran seorang bidan dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba akan lebih cenderung pada tindakan persuatif, terutama di kalangan ibu, anak dan remaja.
Dalam menjalankan peranannya, seorang bidan dapat menggunakan komunikasi efektif dalam upaya pemberian tindakan persuatif tersebut. Upaya penanggulangan secara persuarif dapat dilakukan jika seseorang telah dibekali dengan pengetahuan dasar mengenai narkoba itu sendiri dan juga bahaya penyalahgunaannya.
Ikatan emosional seorang bidan dengan kesehatan ibu dan anak sudah seharusnya membuka pola pikir mereka untuk memperhatikan bagaimana merencanakan program kesehatan yang optimal terhadap mereka, termasuk dalam hal pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan ibu dan remaja. Seorang bidan dapat merencanakan suatu komunikasi massa untuk memberikan gambaran dampak bahaya narkoba terhadap kesehatan seorang ibu, terutama bagi ibu hamil. Apalagi penggunaan narkoba bagi ibu hamil juga ikut mempengaruhi janin yang dikandungnya. Di sinilah peran seorang bidan untuk menjalin komunikasi baik secara individual dengan seorang ibu ataupun secara kolektif dalam masyarakat.
Seorang bidan juga dapat memutus mata rantai penyalahgunaan narkoba dalam masyarakat melalui suatu komunikasi massa yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, tidak hanya terbatas pada seorang ibu. Bagaimanapun juga upaya preventif adalah hal yang sangat tepat. Apalagi dampak penyalahgunaan narkoba ini dapat mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Upaya memberikan gambaran mengenai dampak penyalahgunaan narkoba kepada masyarakat juga efektif diberikan kepada kaum remaja. Secara perspektif profesi, remaja memang berada diluar profesi seorang bidan, tetapi secara kode etik dan tanggung jawab moral, remaja adalah objek kajian bagi seorang bidan karena kesalahan yang dilakukan seseorang ketika berada pada masa remaja sebagian besar akan diperoleh dalam waktu-waktu yang mendatang. Oleh karena itu, seorang bidan dapat mengaitkan hal ini dengan kehidupan masa depan mereka sekaligus memberikan gambaran dampak penyalahgunaan narkoba di masa remaja dan efeknya di masa depan mereka. Jika seorang bidan menjadikan remaja sebagai objek kajian persuatif mereka, maka dapat juga menyisipkan berbagai tips untuk dapat menghindari penyalahgunaan narkoba seperti :
1.    Jangan sekali - sekali mencoba NARKOBA walaupun hanya sekali saja. Jangan takut atau malu untuk menolak terhadap orang / teman yang menawarkan NARKOBA.
2.    Membangun komunikasi antar anggota keluarga. Biasakanlah menjalin komunikasi antar keluarga dan luangkan waktu walaupun sedikit untuk berkumpul dengan keluarga.
3.    Usahakan untuk belajar memecahkan masalah. Jangan sekali - sekali memakai NARKOBA ketika Anda mempunyai suatu masalah. Memakai NARKOBA samasekali tidak memecahkan masalah.
4.    Perkuat dan perdalam agama dan iman. Ini berguna agar iman tidak goyah oleh rayuan - rayuan untuk memakai NARKOBA. Hal ini sangat dianjurkan dimulai dari keluarga.
5.                  Sering mengikuti / mendengar kampanye ANTI NARKOBA. Hal ini dilakukan agar kita mengerti dampak- dampak negatif yang ditimbulkan jikalau memakai NARKOBA.
6.                  Memperbanyak pengetahuan mengenai NARKOBA. Hal ini merupakan salahsatu benteng yang sangat kuat untuk menolak memakai NARKOBA. Jikalau Anda sudah mengerti akan begitu banyak dampak buruknya memakai NARKOBA maka tentu akan berpikir dua kali untuk mempergunakannya.
7.                  Mengkampanyekan / mencegah NARKOBA. Berperan serta untuk menyebarkan dampak - dampak negatif yang ditimbulkan jikalau memakai narkoba agar orang menjadi mengerti sehingga tidak memakai NARKOBA.
 Selain tindakan-tindakan persuatif, seorang bidan juga dapat terlibat dalam hal rehabilitasi pengguna narkoba. Dalam tindakan rehabilitasi tersebut, seorang bidan dapat menyisipkan ide profesi mereka kepada objek rehabilitasi sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat, mereka telah memiliki pengetahuan dasar mengenai dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan, terutama yang menyangkut kesehatan keluarga. Selain sebagai pengetahuan dasar, diharapkan mereka juga dapat berperan aktif untuk menyampaikan informasi yang telah mereka peroleh kepada masyarakat secara umum.
BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan terhadap berbagai literature yangdiperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa peran bidan dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan melalui serangkaian upaya persuatif dengan mengaitkan antara dampak penyalahgunaan narkoba dengan bidang kajian profesi kebidanan
B.     Saran
Saran yang saya berikan dalam makalah ini adalah sebaiknya seorang bidan yang terlibat dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba harus memiliki pengetahuan dasar mengenai narkoba dan dampak penyalahgunaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar